RESENSI NOVEL
“TENTANG KAMU”
-Tere Liye-
“Terimakasih.
Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah
berakhir, tapi aku akan tersenyum karena seuatu itu pernah terjadi.”
Tentang Kamu, begitulah nama Novel ini. Novel yang bercerita tentang seorang wanita miskin di sebuah pulau terpencil yang disebut Pulau Bungin di Daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Tentang Kamu, begitulah nama Novel ini. Novel yang bercerita tentang seorang wanita miskin di sebuah pulau terpencil yang disebut Pulau Bungin di Daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Novel ini sangat tebal dengan 500 halaman, yang
didalamnya dibagi menjadi 5 bagian, dan setiap bagiannya memiliki kisah nya
masing-masing, namun masih tetap berkaitan antar satu bab dengan bab
lainnya. Dalam Novel ini, bagian-bagian
tersebut disebut dengan Juz. Ada 5 Juz dalam Novel ini yaitu, juz pertama tentang kesabaran , juz kedua
tentang persahabatan, juz ketiga tentang keteguhan hati, juz keempat tentang
cinta , dan juz terakhir tentang memeluk semua rasa sakit.
Perempuan itu adalah Sri Ningsih, perempuan yang
perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga akhir hayat ditelusuri oleh Zaman,
seorang pengacara muda di firma hukum London Thompson & Co lantaran mencari
ahli waris dari harta yang ditinggalkannya senilai 19 triliyun rupiah.
Perjalanan Zaman dimulai dengan mendatangi tempat Sri
Ningsih kecil, Pulau Bungin. Zaman bertemu dengan seorang tua di pulau itu yang
menceritakan masa kecil Sri Ningsih yang ditinggalkan oleh ibunya, Rahayu
ketika melahirkannya hingga ayahnya, Nugroho menikah lagi dan mempunyai satu
orang anak. Sampai pada saat Nugroho pergi melaut dan tidak pernah kembali, ibu
tiri Sri Ningsih berubah menjadi galak dan sering memukulnya. Dengan sampai
insiden itu terjadi, kebakaran yang membunuh ibu tirinya dan ia serta adiknya
terpaksa tinggal di sebuah pondok pesantren di Surakarta.
Sri Ningsih seorang yang pekerja keras. Dari mulai
bekerja sebagai pedagang kaki lima dengan gerobak, membuka rental mobil, sempat
bangkrut hingga menjadi sopir bis, pekerja pabrik, hingga puncaknya membuka
pabrik sabun nya sendiri dengan merk ‘Nurahayu’. Semuanya ia lakukan di Jakarta
hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke London dengan meninggalkan pabriknya,
pergi melupakan semuanya.
Paris, perjalanan hidup terakhir Sri Ningsih. Perjalanan
panjang yang melelahkan hingga ia harus meninggalkan semuanya. Bersembunyi dan
tinggal di panti jompo. Sebelum meninggalnya, Sri Ningsih meninggalkan surat
wasiat dengan cara yang unik. Cara yang membuat Zaman bisa menelusuri kembali
jejak-jejak kehidupannya.
Zaman sangat
bersemangat sekali untuk menemukan kembali surat wasiat yang ditinggalkan Sri
Ningsih, karena ia mengganggap bahwa Sri Ningsih adalah orang yang cerdas dan
bukan orang yang mudah tertipu atau dibodohi oleh orang lain. Zaman menelusuri
kisah-kisah Sri Ningsih tersebut dengan cara pergi ke tempat-tempat yang pernah
disinggahi oleh Pengusaha Sukses tersebut. Setiap tempat memiliki ceritanya
masing-masing, dan pasti ada saja orang yang selalu mengingat dan mengenang semua
jasa-jasa yang diberikan Sri Ningsih kepada orang-orang tersebut.
Dengan
semua cerita itu, Zaman mengaitkan semua cerita menjadi satu cerita utuh, dan
membuat dia akhirnya sampai ke London untuk mengungkap Sulastri, yaitu seorang
wanita jahat, dan pernah menjadi Sahabat Sri Ningsih sewaktu berada di Madrasah.
Sri Ningsih memang bukanlah orang yang bodoh, dia yakin, suatu saat pasti akan
ada seseorang yang mencari-cari kisah hidupnya dan akan menggunakan surat
wasiat itu dengan sebaik mungkin.
Kelebihan
dari cerita ini adalah alur nya yang sangat bagus dan membawa kita masuk ke
dalam cerita. Kisah seseorang dengan latar belakang miskin, namun pada akhirnya
menjadi pengusaha sukses inilah yang membuat para pembaca, memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi terhadap kelanjutan cerita Sri Ningsih ini. Juga, Terdapat
banyak pesan moral yang disampaikan penulis di bagian-bagian cerita tersebut.
Kekurangan
nya adalah apa yang dibahas didalam novel ini sudah banyak juga dimuat di dalam
cerita di beberapa Novel Dunia. Dan membuat orang lain tidak terlalu kaget
dengan alur cerita dalam novel ini.
Pesan moral dalam novel ini adalah bahwa kita harus tetap berusaha dan tetap percaya pada diri kita sendiri, biarkan orang lain mengatakan apa tentang diri kita, biarkan orang lain menghancurkan kita di luar sana. Jangan pernah malu untuk melakukan sesuatu yang baik, karena setiap perbuatan yang baik itu pula akan menjadikan kita terbaik pada masanya.
EmoticonEmoticon