Clare Hollingworth

Clare Hollingworth

ARTIKEL SEJARAH
Pengamat Sejarah yang menjadi Sejarah
-Clare Hollingworth-



Jika kita berbicara mengenai Sejarah, pasti tidak akan luput dari yang namanya sebuah perisitiwa, tempat, dan tokoh-tokoh yang terlibat pada masa itu. Namun, tidak semua peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat menjadi sebuah cerita pada zaman sekarang jika bukan berkat seseorang yang berani dan berusaha merekam serangkaian cerita serta kejadian yang terjadi. 

Ya, dialah Clare Hollingworth. Beliau adalah seorang Jurnalis asal Inggris yang menjadi satu-satunya wartawan yang berada di lapangan secara langsung dan mengumpulkan cerita serta berkas-berkas pada Perang Dunia ke II. Dia adalah koresponden perang pertama yang melaporkan pecahnya Perang Dunia II, digambarkan sebagai "sendok abad ini". Ia sendiri telah berhasil mendatangi langsung tempat kejadian berlangsungnya perang di beberapa negara seperti Polandia, Jerman, Turki, Mesir, Vietnam (Perang Vietnam) dan negara lainnya.

Dedikasi yang ia berikan kepada dunia sangatlah besar, mengingat, tidak setiap orang berani untuk melakukan pekerjaan mengerikan seperti ini. Ia juga berpengalaman dalam bergabung dengan berbagai macam media jurnalis yang ada di beberapa tempat. Keinginan dan ketertarikannya terhadap media perang tidak luput dari peran ayahnya yang sering membawanya ke situs medan perang bersejarah di Perancis dan Inggris.

Dalam empat bulan sebelum ia bergabung dengan The Telegraph, ia memainkan peranan penting dalam menyelamatkan 3.000 orang dari pembrendelan tentara Nazi, Jerman dan ia pun mendapatkan julukan Scarlet Pimpernel di pers Inggris.

Image resultPada tahun 1939, ia menjadi salah satu wartawan The Daily Telegraph yang berhasil menjadi orang pertama yang melaporkan Invasi Jerman ke Polandia. Saat mengemudi di sepanjang perbatasan Jerman-Polandia pada 28 Agustus, Hollingworth mengamati pembangunan besar-besaran pasukan Jerman, tank dan mobil lapis baja yang sedang menghadapi Polandia, reporter muda itu juga yang pertama kali menemukan tank Nazi yang berkumpul di perbatasan Polandia pada 29 Agustus 1939. Dia juga reporter yang menelepon pada awal perang. Di hari berikutnya, laporan pengamatan dia menjadi halaman utama Daily Telegraph. 

Selama dekade-dekade pascaperang, Hollingworth melaporkan tentang konflik di Palestina, Aljazair, Cina, Aden, dan Vembuatnya berbeda." The New York Times menggambarkannya sebagai "koresponden perang yang tak perlu diperdebatkan".

Pada suatu kesempatan, dia sedang tertidur di daerah padang pasir , seketika ia terbangun karena mendengar suara-suara orang Jerman datang mendekat. "Saya sangat takut semua keringat keluar dan semua pasir menempel di tubuh saya," kenangnya. Untungnya, orang-orang itu kemudian pergi. Dia kemudian mengatakan tentang pengalaman yang membuat ia dekat dengan kematian: “Saya kira saya akan mati. Aku hanya tidak tahu seberapa dekat tembakan itu, aku melupakannya setelah itu.”

Dalam mencari serangkaian cerita pada masa itu, memang dibutuhkan keberanian yang sangat tinggi, tidak semua orang berani melakukan pekerjaan mengerikan seperti itu. Namun, Clare Hollingworth dapat membuktikannya kepada dunia, ia akhirnya pindah ke Hongkong pada tahun 1980-an, dan menutup usianya di angka 105 tahun pada 10 Januari 2017.


Indonesian Organization


KLASIFIKASI ORGANISASI DI INDONESIA
Radikal-Non Kooperatif dan Moderat-Kooperatif

        BANGSA INDONESIA
merupakan salah satu bangsa di dunia yang memiliki berjuta cerita dan kenangan yang unik untuk diperdengarkan. Dalam sejarahnya, Bangsa Indonesia sudah mengalami beberapa perubahan dan kemajuan pesat, dibandingkan masa-masa dulu ketika Bumi Pertiwi ini masih diinjak-injak oleh kaki kotor sang penjajah (Kolonial). Bangsa yang tadinya aman dan tenteram ini, dengan mudahnya dikuasai dan dikuras habis potensi-potensi yang berada di dalamnya, mulai dari Potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusianya ini.
RAKYAT INDONESIA tidak tinggal diam melihat kejadian tersebut. Setelah tahun 1908, Bangsa Indonesia mulai menunjukkan kemampuan persatuan dan kesatuan rakyatnya dalam melakukan perlawanan kepada para biadab tersebut. Kaum bangsa Indonesia sudah mulai memiliki pendidikan dan sudah menjadi kaum terpelajar, antar daerah di Indonesia pun sudah mulai dapat bekerja sama dan bergotong royong. Jika sebelumnya para rakyat menggunakan senjata untuk melawan para penjajah. Setelah tahun tersebut, para rakyat mulai menggunakan kemampuan berpikirnya dengan cara diplomasi dalam berbagai bentuk. Indonesia juga sudah mulai memiliki visi yang jelas dan ingin di capai yaitu INDONESIA YANG MERDEKA.
Dalam menjalankan visi nya tersebut, para kaum terpelajar di Indonesia mulai menyebar dan membuat suatu perkumpulan (organisasi). Organisasi-organisasi inilah yang nantinya akan menjalankan visi Indonesia yang Merdeka tersebut. Namun, setiap organisasi memiliki cara pemahaman dan pandangan yang berbeda dalam mewujudkannya. Pemahaman itu terbagi menjadi dua, yaitu : 1. Radikal-Nonkooperatif | 2. Moderat-Kooperatif.
Radikal bisa diartikan sebagai satu tindakan penentangan secara keras dan represif terhadap kebijakan pemerintah kolonial serta tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial untuk mencapai kemerdekaan, dalam hal ini kaum radikal berpendapat bahwa untuk mencapai Indonesia merdeka haruslah dengan jerih payah anak bangsa sendiri dan bukan atas adanya campur tangan dari bangsa asing (Belanda).
Sedangkan moderat bisa diartikan sebagai satu sikap lunak atas keberadaan pemerintah kolonial (Belanda) di Indonesia. Kaum moderat berpandangan bahwa untuk mencapai Indonesia merdeka tidak dapat lepas dari kerja sama dengan berbagai bangsa yang ada di Indonesia saat itu, tidak terkecuali dengan pemerintah kolonial (Belanda). Adanya dua strategi ini bukan semata-mata melambangkan dua kubu yang berbeda pandangan dalam mensikapi keberadaan pemerintah kolonial, walaupun berbeda prinsip namun dua kelompok ini sama dalam tujuan akhir, yaitu untuk mewujudkan Indonesia merdeka.
   A.  Radikal-Non Kooperatif

    1.      Perhimpunan Indonesia (PI)
Pada awalnya, PI bernama indische Vereeniging (Perhimpunan India). Organisasi yang didirikan oleh Sutan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto pada tahun 1908 ini merupakan jebolan pemerintahan Belanda. PI baru bergabung menjadi organisasi politik pada tahun 1913.

Pada tahun 1922, organisasi ini merubah namanya lagi menjadi Indonesiche Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Dengan pergantian nama ini, membuat organisasi ini menjadi organisasi pertama yang menggunakan kata Indonesia di dalamnya.

Pada tahun 1925, Organisasi ini resmi berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) yang diketuai oleh Soekiman Wirjosandjojo. PI menganjurkan agar semua organisasi di Indonesia menggunakan konsep Indonesia yang merdeka sebagai program utamanya. 

    2.      Partai Komunis Indonesia (PKI)

Paham komunis pertama kali dibawa oleh seorang pemimpin dari Negeri Belanda yang bernama B.J.E.M. Snevliet pada tahun 1913. Ia membentuk sebuah organisasi bernama ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging) yang berpusat di Semarang. Dalam perjalanannya, ISDV berhasil mempengaruhi 2 orang pimpinan cabang SI (Sarekat Islam) yaitu Semaun dan Darsono.

Kongres ke-20 ISDV pada tahun 1920, nama ISDV diganti menjadi Perserikatan Komunis Hindia dengan Semaun sebagai ketuanya. Sikap dan pergerakannya makin panas, apalagi ketika Semaun membagi kubu SI menjadi dua, yaitu SI Merah dan SI Putih.

Pada tanggal 23 Mei 1923, nama Perserikatan Komunis Hindia diganti menjadi Partai Komunis Hindia, dan diganti lagi menjadi Partai Komunis Indonesia pada 1924. PKI dinyatakan sebagai Organisasi terlarang oleh Belanda pada tahun 1927 karena pergerakan Extremely Radikalnya.

    3.      Partai Nasional Indonesia (PNI).

Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno pada tahun 1925 membentuk sebuah Organisasi yang berbasis radikal karena semangat nasionalisme yang berkembang. Organisasi tersebut bernama Algemeene Studio Club yang berdomisili di Bandung.

Pada tahun 1927, muncul Perserikatan Nasional Indonesia dengan Soekarno sebagai ketuanya dan memiliki 8 pimpinan, yaitu : Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr. Samsi, dan Ir. Soekarno. Mereka adalah bekas anggota Pehimpunan Indonesia di Negeri Belanda.

Akhirnya, organisasi ini diganti namanya menjadi Partai Nasional Indonesia dengan memiliki 3 asas penting, yaitu :

                    i.           Self Help, yakni prinsip menolong diri sendiri
                  ii.           Non-Kooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah kolonial
                 iii.          Marhaenisme, yakni memberantas massa dari kemiskinan dan kesengsaraan

Oleh karena sikapnya yang menentang pemerintah kolonial, para pemimpin PNI dicurigai oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tanggal 29 Desember 1929, beberapa tokoh PNI seperti Soekarno, Gatot Mangkupraja, Maskun Sumadireja, dan Supriadinata ditangkap.

    4.      Indische Partij (IP)

Pada 25 Desember 1912, berdiri salah satu organisasi yang mengkritik pemerintahan Belanda untuk memerdekakan Indonesia, yakni Indische Partij. Organisasi ini didirikan di Bandung oleh Tiga Serangkai (Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat).

Pada tahun 1913, ketiga tokoh tersebut dibuang ke Belanda, karena mereka beralasan bahwa organisasi IP ini bersifat radikal dan menganggu ketertiban umum. Saat dibuang, Ki Hajar Dewantara menghasilkan tulisan yang ia beri judul “ Als Ik Eens Nederlander was” (Seandainya saya seorang belanda). Tulisan ini berisi kritik pedas ia terhadap pemerintahan Belanda.

Selanjutnya, Belanda menyatakan organisasi IP ini sebagai Organisasi terlarang pada tahun 1913, dan IP mengganti nama menjadi Insulinde dengan asas Nasionalisme.

    5.      Partai Indonesia (Partindo)

PNI mendapatkan tekanan besar ketika Soekarno, dan kawan-kawannya di penjarakan. Sartono, sebagai pimpinan menginginkan PNI dibubarkan dan mencari perkumpulan dengan format yang baru.

Terdapat dua golongan akibat cetusan dari Sartono ini, Pertama adalah “Golongan Merdeka” yaitu golongan yang menolak pembubaran tersebut, dan yang Kedua adalah Golongan yang setuju pembubaran tersebut. Golongan kedua membentuk partai politik baru, yang diberi nama “Partai Indonesia”. Dengan Mr. Sartono sebagai ketuanya.

Kemerdekaan yang diimpikan Partindo adalah kemerdekaan yang terjadi dengan perjuangan bangsa Indonesia itu sendiri, dan akhirnya mereka bersikap Non-Kooperatif terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda.

   B.  Moderat-Kooperatif

     1.      Budi Utomo (BU)
Organisasi ini merupakan organisasi modern pertama yang berada di Indonesia. Di bentuk pada tanggal 20 Mei 1908, yang juga diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Organisasi ini dipelopori oleh Dr. Wahidin Soedirohoesodo, ia mendirikan organisasi ini dengan tujuan untuk memajukan derajat bangsa.

Dilihat dari tujuan Budi Utomo yang ingin memajukan pengajaran dan kebudayaan ini, bisa dikatakan bahwasanya organisasi ini bukan organisasi politik, melainkan hanya organisasi para pelajar STOVIA sebagai penggeraknya.

Pada tahun 1912, Budi Utomo mendukung terbentuknya Volksraad, yaitu dewan perwakilan rakyat Hindia-Belanda. Pada tahun 1917, SI menjadi PARPOL dan Budi Utomo akhirnya mengalami kemunduruan.

    2.      Sarekat Islam (SI)

Organisasi yang berasaskan Islam ini didirikan oleh H. Samanhudi pada 1911, dengan nama awal yaitu Sarekat Dagang Islam. SDI didasari oleh dua hal yaitu Agama dan Ekonomi.

Pada 10 September 1912, kata Dagang dalam SDI dihapuskan atas usul dari HOS Cokroaminoto menjadi Sarekat Islam. Hal ini dimaksudkan agar organisasi ini tidak hanya bergerak tertutup di bagian perdagangan saja.

Pada tahun 1913, HOS Cokroaminoto terpilih menjadi ketua SI dan membuat SI berkembang sangat pesat dalam perjalanannya. Sikap kritis pada kapitalisme, menarik perhatian ISDV untuk menyusup ke SI, dengan mengirim dua anggota SI yang berbakat yaitu Semaun dan Darsono. Kelak, bergabung juga Tan Malaka dan Alimin.

Anggota ISDV gencar memberikan kritik besar kepada SI, karena sikap mereka yang terlalu kooperatif terhadap pemerintahan kolonial, mereka menginginkan agar SI tidak bersikap kooperatif dan mendukung serta bekerja sama dengan Belanda.

    3.      Muhammadiyah

Pada tahun 1912, tepatnya di tanggal 18 November. Terbentuklah organisasi yang bergerak dibidang keagamaan, pendidikan, dan sosial atas pemrakarsa dari K.H. Ahmad Dahlan yaitu Muhammadiyah.

Pada masa Ahmad Dahlan, pengaruh dan keteradaan Muhammadiyah terbatas karena hanya dapat melakukan pergerakan di karesidenan-karesidenan tertentu seperti, Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Namun, pada tahun 1938, Muhammadiyah mulai tersebar ke seluruh Wilayah Indonesia.

Organisasi ini bersifat Non-Politik dan Non-Kooperatif. Oleh karena itu, Belanda tidak keberatan memberikan status Organisasi yang berbadan hukum kepada Muhammadiyah.

    4.      Partai Indonesia Raya (Parindra)

Di Surabaya juga dibentuk organisasi baru yang di pelopori oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini bertujuan untuk meneruskan perjuangan organisasi-organisasi radikal sebelumnya yang dimana pemimpin mereka telah ditangkap oleh kolonial Belanda.

Situasi dan kondisi di Indonesia setelah dilumpuhkannya gerakan nonkooperasi pada tahun 1930-an, mendorong terjalinnya hubungan antara PBI dan Boedi Oetomo (BO). Langkah selanjutnya adalah terjadinya fusi antara dua organisasi tersebut dan terbentuklah partai baru, yang diberi nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Parindra melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1.     Bidang politik, mengusahakan terciptanya suatu pemerintahan yang demokratis yang berdasarkan pada kepentingan bangsa Indonesia, memperjuangkan kedudukan yang sama bagi setiap penduduk, serta persamaan hak dan kewajiban bagi setiap orang.
2.  Bidang ekonomi, memajukan perdagangan dan pertanian serta membuka perdagangan dengan luar negeri.

3. Bidang sosial, menyelenggarakan pendidikan nasional, memajukan pendidikan jasmani, memajukan kesehatan rakyat, mengurangi pengangguran, hak bekerja dan melarang anak-anak bekerja sebagai buruh, serta mencegah cara kerja yang tidak baik.

JEPANG?

JEPANG

  Ø Apa yang kalian ketahui tentang Jepang?

Jepang? Satu kata buat Negara tersebut, “Menakjubkan”. Itulah yang terlintas dipikiranku ketika mendengar kata Jepang. Jepang merupakan salah satu Negara di Asia yang menjadi Pusat perhatian Dunia, terutama dalam cakupan bidang Teknologi, Budaya, dan Ilmu Pengetahuannya. Negara ini menjadi salah satu Negara yang sangat cepat perkembangannya dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Dalam perkembangannya, Jepang telah memberika Dedikasi besar terhadap Dunia, seperti dalam bidang Ekonomi, Jepang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Ekonomi Jepang  lebih memfokuskan kepada pertanian, dan sektor industri. Masyarakat jepang juga termasuk masyarakat yang sejahtera dan aman, terbukti tingkat angka pengangguran di Jepang hanya menyentuh angka 4% saja. Hal ini membuktikan, bahwasanya kerja sama antara pemerintah dengan masyarakatnya sangat sinkron dan sejalan. Selain di bidang Ekonomi, Jepang juga sangat maju di bidang Teknologinya. Sudah tidak dapat dipungkiri, perkembangan Teknologi Jepang sudah sangat pesat dan maju serta dapat menyaingi Negara-negara Eropa di luar sana. Mobil, Handphone, Komputer sampai robot pun telah mampu Jepang lampaui. Jepang selalu mendampingi Teknologi yang mereka punya dengan Kreativitas para masyarakatnya. Banyak sekali hasil dedikasi masyarakatnya yang diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh Dunia, salah satunya dalam bidang Animasi. Seperti kita tahu, di Jepang sangat terkenal sekali film kartun/animasi yang disebut sebagai “Anime”. Anime ini merupakan film Animasi yang dibuat oleh para kreativator Jepang. Yang membuat Anime ini di sukai banyak kalangan adalah kualitas gambar dan alur ceritanya, seperti contohnya Naruto, One Piece, Shingeki No Kyojin, dan masih banyak lagi. Hal inilah yang dimanfaatkan Jepang untuk membuat sesuatu untuk dikonsumsi publik. Selain dedikasi nya terhadap Dunia. Satu hal yang membuat Jepang menjadi Negara yang sangat menarik dan unik di mata Dunia, yaitu budayanya. Jika ditanya soal budaya, Jepang memang salah satu yang paling unik. Dimulai dari masyarakatnya yang sangat disiplin dalam menjalani kehidupan, etika dalam berjalan, berbicara, dan lainnya yang sangat erat dengan budaya Jepang. Masyarakat Jepang juga mempunyai kebiasaan-kebiasaan aneh sekaligus unik yang menyita mata dunia. Seperti contohnya, mabuk dan tidur di tempat umum. Jepang memiliki minuman Khas yang disebut “sake”. Siswi Jepang juga selalu menggunakan pakain rok mini saat musim dingin, yang biasanya mereka lengkapi dengan menggunakan stoking dan syal untuk melindunginya dari cuaca dingin. Orang jepang juga tidak suka menggunakan deodoran, mereka lebih cenderung menggunakan tisu atau parfum untuk mengelap keringatnya, selanjutnya yang menjadi daya tarik masyarakat luar salah satunya adalah pakaian khas Jepang, yaitu Kimono, dan sudah meluas hampir di seluruh Dunia. Pakaian ini biasanya sering digunakan di acara adat/festival-festival jejepangan. Masih banyak lagi hal unik yang dapat ditemukan di Jepang. Karena jika ingin tahu hal-hal aneh, datanglah ke Jepang.

  Ø Kebijakan pendudukan Jepang di Indonesia

·       Militer

Pada bulan April 1943 didirikan dua organisasi pemuda Seinendan (Barisan Pemuda) dan Keibodan (Pembantu Polisi) yang langsung di bawah Gunseikan. Seinendan dimaksudkan sebagai tenaga cadangan perang, mereka diberikan pelatihan dasar militer. Anggota seinendan adalah pemuda yang berusia 14-22 tahun. Mereka yang lebih tua dimasukkan ke dalam Keibodan. Para pemuda Indonesia diberi kesempatan pula untuk dididik menjadi pembantu prajurit perang (Heiho). Tugas Heiho adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti mengangkat perlengkapan militer dan memasak. Karena Jepang kekurangan tenaga kemudian Heiho ini diikutkan dalam pertempuran atau masuk pasukan tempur.

Pada tanggal 3 Oktober 1943, dikeluarkan keputusan tentang pembentukan tentara pribumi yang diberi nama Pasukan Sukarela Pembela Tanah Air (Boei Gyugun) disingkat PETA. Perhatian para pemuda untuk masuk Peta cukup besar, terutama pemuda yang sudah tergabung dalam Seinendan atau Gakutotei. Anggota Peta berasal dari berbagai golongan masyarakat. Bersamaan dengan pembentukan Peta di Jawa, di Sumatra dibentuk tetara sukarela yang disebut Gyugun. Manfaat utama yang diperoleh bagi para pemuda-pemuda Indonesia dalam Peta dan gyugun adalah gemblengan fisik dan semangat cinta tanah air, serta kepercayaan diri yang besar. Kaum nasionalis mengarahan mereka untuk kepentingan perjuangan. Peranan mereka amat besar pada masa awal kemerdekaan.

·       Pendidikan

Kegiatan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang mengalami penurunan yang drasts. Penurunan itu meliputi jumlah sekolah, jumlah murid, dan jumlah guru. Pada zaman Jepang untuk sekolah dasar hanya ada satu macam yaitu sekolah dasar lima tahun, sistem pengajaran dan kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan perang. Murid-murid diwajibkan masuk organisasi murid (pelajar yang disebut Gakutotai) mereka wajib mengikuti pelatihan dasar kemiliteran, juga wajib melakukan kerja bhakti (kinrohosy) antara lain mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk perang, misalnya menanam pohon jarak, menyiangi sawah, membasmi hama.

Jepang juga menanamkan semangat Nippon Sieshin (semangat Jepang). Para pelajar wajib hafal lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, upacara bendera yang disertai seikeirie (penghormatan terhadap kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit). Untuk para guru, Jepang mewajibkan untuk mengikuti kursus-kursus bahasa Jepang. Mereka yang lulus ujian diberi tunjangan tambahan. Melalui pendidikan, Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi kemakmuran bersama Asia Timur Raya (Hakko ichiu) dan Jepang sebagai pemimpinnya.
Pada tahun 1944 Jepang memberi wewenang kepada Jawa Hokokai untuk membuka sekolah-sekolah baru, sementara pihak swasta dibolehkan membuka sekolah kejuruan dan bahasa. Para guru juga diwajibkan untuk mengikuti dasar kemiliteran dan indoktrinasi. Sekolah-sekolah yang ada pada waktu itu adalah :

   1.     Koo Kumin Gakku (Sekolah Rakyat) 6 tahun
   2.     Tyu Gakku (SMP untuk pria) 3 tahun
   3.     Dyoo Gankku (SMP untuk putri) 3 tahun
   4.     Sekolah Menengah Tinggi
   5.     Djan Sihan Gakku (SGB) 
   6.     Kooto Sihan Gakku (SGA)
   7.     Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran)
   8.     Shika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi)
   9.     Kagyo Dai Gakku (Sekolah Tinggi teknik)
   10. Kenkoku Gakuin (Akademi Pamongpraja)

·       Sosial Budaya

Di bidang kebudayaan para seniman diberi fasilitas yang cukup, umumnya seni panggung diperbolehkan keliling desa untuk menghibur rakyat, selain itu bioskop keliling sampai ke desa-desa kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan patriotisme dan memuji Dai Nippon. Pada masa pendudukan Jepang, rakyat diharuskan melaksanakan Seikeri. Seikerei adalah upacara untuk memberikan penghormatan kepada kaisar Jepang dengan cara membungkukan badan kearah matahari terbit.

Di samping bahasa Jepang, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat selama masa pendudukan Jepang. Usaha memperkaya perbendaharaan bahasa dilakukan oleh para ahli bahasa dengan membentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. Nama kota yang menggunakan bahasa asing diganti dengan nama yang ada dalam bahasa Indonesia, misalnya Batavia diganti dengan nama Jakarta. Gerakan indonesianisasi justri memicu dintingkatkannya pengajaran Bahasa Jepang. Bahkan dianjurkan untuk diberikan tunjangan-tunjangan istimewa kepada mereka yang telah menunjukkan kecakapan menggunakan bahasa Jepang pada tingkat I, II, III, IV dan V (sesuai dengan pengumuman Gunseikanbu tanggal 27 Juli 1943).

·       Ekonomi

Kegiatan ekomoni masyarakat Indonesia pada masa Jepang diarahkan untuk kepentingan Jepang. Jepang berusaha untuk menguasai dan mendapatkan semua sumber-sumber bahan mentah untuk industri Jepang. Jepang dalam rangka untuk mewujudkan ambisinya melaksanakan konsep ekonomi Hakko ichiu bahwa Jepang berkeinginan untuk menjadikan seluruh kawasn Asia Pacifik ada di bawah kendali Jepang dengan Asia Pacifik Timur Raya.

Pemerintah pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk menjalankan ekonomi. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan sekutu disita dan perusahaan vital seperti pertambangan, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerontah Jepang. Jepang juga mengadakan pembatasan-pembatasan dan penguasaan alat-alat produksi yang merupakan ciri ekonomi perang. Sistim autarki artinya setiap daerah harus mencukupi kebutuhan sendiri serta harus dapat menunjang kebutuhan perang. Selain itu juga rakyat masih dibebani pekerjaan yang bersifat wajib. Rakyat dipaksa untuk dijadikan romusha untuk membuat jalan dan pangkalan perang.

  Ø Mampukah Indonesia menjadi pesaing Jepang di Era                   Modern sekarang?

Jika dilihat dari perkembangan bangsa Indonesia zaman sekarang, menurut saya Bangsa Indonesia belum bisa menjadi pesaing bagi Bangsa Jepang. Mengapa? Yang paling utama dan paling pertama adalah soal masyarakatnya. Masyarakat Indonesia sendiri masih jauh dibanding masyarakat Jepang terutama dalam sisi etika dan kebiasaan kehidupan sehari-harinya. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih lemah dalam etikanya, mulai dari etika berbicara, berjalan, bekerja, dan lainnya. Dalam etika berbicara, masyarakat Indonesia masih sering berkata seenaknya dan semaunya tanpa memperdulikan masyarakat di sekitarnya. Berbeda dengan Jepang, sebagian besar masyarakatnya jika telah melakukan kesalahan atau berkata tidak sopan kepada orang lain, hal yang mereka langsung lakukan adalah meminta maaf kepada orang tersebut. Itu yang menjadi salah satu alasan kenapa dalam etika berbicara bangsa Indonesia masih sangat rendah. Begitu juga dengan etika berjalan dan bekerja, masyarakat Indonesia sebagian besar masih memiliki rasa sewenang-wenang terhadap tempat yang mereka pijaki. Lagi-lagi soal kepedulian, bangsa Indonesia masih sangat rendah kepedulian terhadap sesamanya, banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak memikirkan resiko yang akan terjadi jika kita melakukan tindakan atau pebuatan. Masyarakat Jepang cenderung akan fokus kepada pekerjaan yang mereka pegang, seperti kita tahu, Jepang juga merupakan salah satu Negara Paling Sibuk di Dunia. Terlihat, jika kita ke Jepang, kita akan melihat  banyak sekali orang berjalan dengan sangat cepat di pagi hari saat di jalan-jalan raya. Hal ini membuktikan, keseriusan dan tekad mereka dalam bekerja, dan fokus untuk menyelesaikannya. Selain masyarakatnya, Indonesia juga lemah di sisi pemerintahannya. Zaman sekarang, pemerintah sering sekali tidak memperhatikan laju pertumbuhan dan perkembangan rakyatnya. Seperti kejadian yang telah lalu, pemerintah Indonesia sering sekali tidak melihat atau memperdulikan potensi yang dimiliki para pemuda-pemudi bangsanya. Mereka terlalu asik dengan dunia politik sampai melupakan dunia sosialnya. Oleh sebab itulah, banyak lulusan terbaik di Indonesia yang memilih untuk bekerja dan memberikan dedikasinya untuk Negara di luar Indonesia. Mereka berfikir, bahwa badan dan pikirannya lebih dihargai diluar sana dibanding di Indonesia. Seperti contohnya, Animasi Upin-Ipin yang sekarang menjadi popular dan banyak yang mengatakan bahwa itu adalah buatan Malaysia. Tapi, padahal sebenarnya, animasi Upin-Ipin yang kita tonton sekarang adalah hasil buah pikir animator asal Bandung yang ditolak oleh bangsa nya sendiri dan akhirnya memutuskan untuk menjual ke Malaysia, dan meledak sampai sekarang. Inilah yang menjadi faktor-faktor mengapa Bangsa Indonesia belum dapat menjadi pesaing bagi bangsa Jepang.  




KI HAJAR DEWANTARA


Alasan kalian?

Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu tokoh pergerakan nasional yang  mempunyai gagasan besar terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Beliau memiliki pengaruh besar terhadap para pelajar dan pemuda-pemudi bangsa. Mulai dari perjuangan beliau yang sangat gigih demi membangkitkan jiwa nasionalisme di Pulau Jawa, termasuk juga dalam pentingnya persatuan dan kesatuan. Jadi, selain memberikan pengaruh terhadap pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara sendiri juga tidak mengenyampingkan tanggung jawab dia terhadap bangsa mengenai kemajuan bangsa dalam persatuan dan kesatuan. Hal ini terpaut dalam cerita beliau saat beliau memasuki usia kerja, dan memutuskan untuk bergabung dalam sebuah organisasi pemuda yang berdiri tahun 1908, yaitu Boedi Utomo. Beliau merupakan salah satu pemuda yang sangat aktif dalam karir dan organisasinya. Terbukti, beliau memimpin atau sebagai seorang yang menggerakkan para masyarakat sewaktu kongres pertama Boedi Utomo. Dialah yang mengorganisasikan kongres tersebut. Organisasi beliau berlanjut ketika salah satu temannya, Douwes Dekker berhasil mempengaruhi Ki Hajar untuk masuk ke salah satu organisasi pemuda lainnya yaitu Insulinde yaitu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, dia juga mendirikan Organisasi Indische Partij. Beliau juga sangat hebat dalam mempertahankan bangsa nya sendiri. Pada tahun 1913, pemerintah Belanda ingin mengumpulkan sumbangan dari warga atas kemenangan kemerdekaan Belanda atas Perancis, namun dengan sigapnya, Ki Hajar Dewantara langsung melontarkan sebuah tulisan yang ditujukan kepada kepemerintahan Belanda, tentu saja hal ini membuat geram para pejabat tinggi Belanda, sehingga beliau harus diasingkan. Ada yang menarik dari cerita beliau, walaupun diasingkan, beliau tetap gigih dalam membangkitkan rasa pendidikan kepada para pemuda-pemudi bangsa. Beliau mendapatkan sebuah gelar  Europeesche Akta, yaitu sebuah gelar yang dapat membantu beliau mendirikan lembaga pendidikan milik diri dia sendiri. Saat kembali ke Indonesia, beliau diangkat menjadi Menteri Pengajaran (Menteri Pendidikan) yang pertama pada saat itu, dan berkat kegigihannya selama ini. Beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, dan tanggal kelahirannya yaitu 2 Mei, dijadikan sebagai Hari Pendidikan. Semoga jasa-jasa beliau dapat kita lanjutkan dan kita kenang selama-lamanya.



Jika Aku Menjadi Ki Hajar Dewantara

Aku bukanlah seorang yang hebat. Aku juga bukan seorang anak yang memikirkan “bagaimana nasib bangsa ini kedepannya?” Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang pelajar. Belajar menjadi orang yang baik, belajar memahami suatu hal yang baru, dan juga aku pun berusaha sekuat tenagaku untuk mencapai keinginanku. Sewaktu dulu, aku termasuk anak yang nakal, ya seperti anak-anak lainnya. Masa-masa yang sangat indah. Namun, Ayahku yang merupakan keturunan bangsawan, dia tak mau aku menjadi seorang anak yang tak berguna nantinya. Beliau selalu mendidik ku, memberiku masukan, menegurku jika aku melakukan sebuah kesalahan. Semua yang diberikan ayahku, selalu aku turuti dan aku menjalankannya dengan sebaik mungkin.

Beberapa tahun kemudian, aku mulai menjajaki dunia pendidikan. Suatu hal yang baru menurutku. Setiap hari aku harus menempuh pelajaran dengan sekuat tenaga, dan tentu saja dengan hati pastinya. Aku berkeinginan besar saat itu, ingin memberikan sebuah perubahan baru terhadap pendidikan di Indonesia. Entahlah, itu hanya pemikiran bocah kecil saja.

Di usia ku yang hampir menginjak umur 20 tahun. Aku mulai menyukai dunia organsisasi. Ya. Sebuah tempat dimana terdapat banyak orang yang memiliki gaya pemikiran yang berbeda. Aku sangat menyukai tempat seperti itu. Aku bersama teman-temanku mulai menyusun rencana untuk merencakan apapun ke depannya. Sepertinya aku punya banyak hal yang akan aku lakukan nantinya, terutama di dalam dunia pendidikan.

Mengapa aku lebih mengarah kepada dunia pendidikan di  Indonesia? Mungkin pemikiran sewaktu bocah itulah yang menjadikan aku seperti ini. Dari sudut pandang seorang pelajar, aku mungkin berfikir bahwa pendidikan di Indonesia ini masih jauh dibandingkan Negara-negara luar lainnya. Karena entah kenapa, gaya pemikiran orang Indonesia masih mementingkan kepentingan nya sendiri. Nah, disinilah aku ingin sekali mengubah gaya pemikiran tersebut dengan cara memberikan pendidikan karakter kepada mereka. Kalau di bilang pintar, itu adalah hal yang biasa bagi semua orang. Tapi bagaimanakah sebuah bangsa bisa dikatakan bangsa yang maju jika jiwa karakter bangsanya saja pun masih tidak ada?

Menurutku, jika sebagai bangsa kita masih berjalan sendiri-sendiri. Ambil contoh kecil saja, sebuah organisasi jika tidak mempunyai satu tujuan yang jelas, jangan harap organisasi itu akan bertahan lama. Karena apa? Karena dalam sebuah perkumpulan, disitulah sebenarnya kita sedang merasakan sebuah perang. Setiap orang memiliki pemikiran dan pola berfikir yang berbeda-beda. Tapi bagaimana cara kita untuk mendamaikan perang tersebut tanpa harus ada yang jatuh berdarah. 

Pendidikan karakter juga sangat penting dalam memanage diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari, dengan karakter yang baik dan sikap yang baik pula, hal itu akan mewujudkan hasil terbaik yang kita inginkan. Aku juga ingin membangun sebuah perkumpulan atau tempat dimana setiap orang bebas berada disitu. Yang aku maksud bebas disini adalah sesuatu yang tidak ada ikatan/tekanan sedikitpun, mulai dari agama,ras,ideologi, dan segala macamnya dapat berada di tempat itu. Tujuan nya adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada setiap orang dan setiap pemahaman. Selebihnya mungkin tujuanku sudah sangat jelas terhadap bangsa ini. Lalu bagaimanakah langkah selanjutnya? Tunggu ceritaku.

Resensi Novel "Tentang Kamu"


RESENSI NOVEL
“TENTANG KAMU”
-Tere Liye-

“Terimakasih. Nasihat lama itu benar sekali, aku tidak akan menangis karena sesuatu telah berakhir, tapi aku akan tersenyum karena seuatu itu pernah terjadi.”
Tentang Kamu, begitulah nama Novel ini. Novel yang bercerita tentang seorang wanita miskin di sebuah pulau terpencil yang disebut Pulau Bungin di Daerah Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Novel ini sangat tebal dengan 500 halaman, yang didalamnya dibagi menjadi 5 bagian, dan setiap bagiannya memiliki kisah nya masing-masing, namun masih tetap berkaitan antar satu bab dengan bab lainnya.  Dalam Novel ini, bagian-bagian tersebut disebut dengan Juz. Ada 5 Juz dalam Novel ini yaitu, juz pertama tentang kesabaran , juz kedua tentang persahabatan, juz ketiga tentang keteguhan hati, juz keempat tentang cinta , dan juz terakhir tentang memeluk semua rasa sakit. 
Perempuan itu adalah Sri Ningsih, perempuan yang perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga akhir hayat ditelusuri oleh Zaman, seorang pengacara muda di firma hukum London Thompson & Co lantaran mencari ahli waris dari harta yang ditinggalkannya senilai 19 triliyun rupiah.
Perjalanan Zaman dimulai dengan mendatangi tempat Sri Ningsih kecil, Pulau Bungin. Zaman bertemu dengan seorang tua di pulau itu yang menceritakan masa kecil Sri Ningsih yang ditinggalkan oleh ibunya, Rahayu ketika melahirkannya hingga ayahnya, Nugroho menikah lagi dan mempunyai satu orang anak. Sampai pada saat Nugroho pergi melaut dan tidak pernah kembali, ibu tiri Sri Ningsih berubah menjadi galak dan sering memukulnya. Dengan sampai insiden itu terjadi, kebakaran yang membunuh ibu tirinya dan ia serta adiknya terpaksa tinggal di sebuah pondok pesantren di Surakarta.
Sri Ningsih seorang yang pekerja keras. Dari mulai bekerja sebagai pedagang kaki lima dengan gerobak, membuka rental mobil, sempat bangkrut hingga menjadi sopir bis, pekerja pabrik, hingga puncaknya membuka pabrik sabun nya sendiri dengan merk ‘Nurahayu’. Semuanya ia lakukan di Jakarta hingga akhirnya ia memutuskan pergi ke London dengan meninggalkan pabriknya, pergi melupakan semuanya.
Paris, perjalanan hidup terakhir Sri Ningsih. Perjalanan panjang yang melelahkan hingga ia harus meninggalkan semuanya. Bersembunyi dan tinggal di panti jompo. Sebelum meninggalnya, Sri Ningsih meninggalkan surat wasiat dengan cara yang unik. Cara yang membuat Zaman bisa menelusuri kembali jejak-jejak kehidupannya.
Zaman sangat bersemangat sekali untuk menemukan kembali surat wasiat yang ditinggalkan Sri Ningsih, karena ia mengganggap bahwa Sri Ningsih adalah orang yang cerdas dan bukan orang yang mudah tertipu atau dibodohi oleh orang lain. Zaman menelusuri kisah-kisah Sri Ningsih tersebut dengan cara pergi ke tempat-tempat yang pernah disinggahi oleh Pengusaha Sukses tersebut. Setiap tempat memiliki ceritanya masing-masing, dan pasti ada saja orang yang selalu mengingat dan mengenang semua jasa-jasa yang diberikan Sri Ningsih kepada orang-orang tersebut.
Dengan semua cerita itu, Zaman mengaitkan semua cerita menjadi satu cerita utuh, dan membuat dia akhirnya sampai ke London untuk mengungkap Sulastri, yaitu seorang wanita jahat, dan pernah menjadi Sahabat Sri Ningsih sewaktu berada di Madrasah. Sri Ningsih memang bukanlah orang yang bodoh, dia yakin, suatu saat pasti akan ada seseorang yang mencari-cari kisah hidupnya dan akan menggunakan surat wasiat itu dengan sebaik mungkin.

Kelebihan dari cerita ini adalah alur nya yang sangat bagus dan membawa kita masuk ke dalam cerita. Kisah seseorang dengan latar belakang miskin, namun pada akhirnya menjadi pengusaha sukses inilah yang membuat para pembaca, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi terhadap kelanjutan cerita Sri Ningsih ini. Juga, Terdapat banyak pesan moral yang disampaikan penulis di bagian-bagian cerita tersebut.

Kekurangan nya adalah apa yang dibahas didalam novel ini sudah banyak juga dimuat di dalam cerita di beberapa Novel Dunia. Dan membuat orang lain tidak terlalu kaget dengan alur cerita dalam novel ini.

Pesan moral dalam novel ini adalah bahwa kita harus tetap berusaha dan tetap percaya pada diri kita sendiri, biarkan orang lain mengatakan apa tentang diri kita, biarkan orang lain menghancurkan kita di luar sana. Jangan pernah malu untuk melakukan sesuatu yang baik, karena setiap perbuatan yang baik itu pula akan menjadikan kita terbaik pada masanya.